Materi pengajaran pantomime
A. Pengertian Pantomime
Pantomim adalah seni pertunjukan yang memvisualisasikan suatu objek atau benda tanpa menggunakan kata-kata, namun menggunakan gerakan tubuh dan mimik wajah. Bahkan pantomime memvisualisasikan rasa dengan gerakan tubuh dan mimiknya. Pantomim merupakan pertunjukan yang tidak menggunakan bahasa verbal.
B. Sejarah Pantomime
Istilah pantomime berasal dari bahasa Yunani yang artinya serba isyarat. Berarti secara etimologis, pertunjukan pantomime yang dikenal sampai sekarang itu adalah sebuah pertunjukan yang tidak menggunakan bahasa verbal. Pertunjukan itu bahkan bisa sepenuhnya tanpa suara apa-apa. Jelasnya, pantomime adalah pertunjukan bisu ( Bakdi Sumanto,1992:1).
Menurut Aristoteles, pantomime telah dikenali sejak zaman Mesir Kuno dan India. Kemudian, dalam perkembangannya menyebar ke Yunani, sebagaimana ditulis Aristoteles dalam Potics itu. Lebih lanjut Aristoteles menjelaskan bahwa teori pantomime tersebut bermula dari temuan-temuan pada relif-relif candi dan piramida. Dalam relief tadi dikisahkan adanya gambaran tentang seorang laki-laki dan atau perempuan sedang melakukan gerakan yang diduga bukan tarian.
Hal tersebut semakin jelas sesudah adanya katagorisasi dari berbagai seni pertunjukan yang dilakukan Aristoteles berdasarkan ciri-ciri bawaannya, sehingga dapat dibedakan adanya sebutan tarian dan bahasa isyarat. Oleh karena pantomime mengacu pada ciri dasar dari bahasa isyarat tadi maka jelaslah bahwa seni pertunjukan pantomime memang sudah ada sejak lama.
C. Unsur-unsur Pembentuk Sebuah Cerita Dalam Pantomime
- Mimik : Seorang pemain pantomime sangat mengandalkan ekspresi mimik dalam menerangkan suatu keadaan seperti sedih, marah, kecewa, gembira, bingung ,dll.
- Gerak : Gerak tubuh bertugas menciptakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada, seperti memegang gelas, memegang pisau, memegang kaca, berjalan, berlari, naik tangga, dll.
- Musik : Musik dalam hal ini sangat mendukung guna menciptakan atmosfer situasi yang terjadi sehingga penonton juga dapat larut dalam situasi itu seperti situasi seram, situasi bahagia, situasi sedih, dll. Karena berkait dengan musik maka seorang pemain pantomime juga harus mampu menguasai tempo dalam sebuah irama sehingga ia dapat menyesuaikan gerak tubuhnya dengan tempo lagu/irama yang saat itu terdengar. Hal ini sangat penting agar penonton tidak merasakan kejanggalan karena apa yang dilihat tidak sesuai dengan apa yang didengar. Contohnya, musik dalam keadaan sedih mungkin dipilih yang temponya pelan, dalam keadaan tergesa-gesa mungkin temponya cepat, dll
Pada usia sekolah, misalnya dimulai pada usia SD,playgroup atau PAUD, Pantomime dapat dibagi dalam dua bentuk, yakni pantomime yang non cerita dan pantomime yang bercerita. Pantomime yang non cerita merupakan pantomime yang hanya mempertunjukan unsure-unsur yang sederhana. Misalnya, berlari atau berkejaran, berjalan-jalan, bertepuk tangan gembira ketika membayangkan atau mengimajinasikan suatu peristiwa yang menakjubkan. Sedangkan pantomime bercerita dapat merupakan suatu permainan pantomime yang mengikuti suatu cerita tertentu. Misalnya, cerita seorang anak yang terlambat ke sekolah, bisa pula cerita rakyat, dan cerita yang popular, seperti Cinderella, Pinokio, atau Si Kancil, Si Belalang, Berkebun dan sebagainya.
Karakter di masing-masing anak-anak jelas berbeda. Demikian pula dengan kemampuan anak didik dalam menyerap proses berpantomime ini. Namun, satu hal yang dapat ditemukan kesamaannya adalah dunia bermain anak-anak yang menginginkan dan mampu membangun empati terhadap setiap peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Anak-anak SD justru memiliki kemampuan empati saat mereka melakukan interaksi. Mereka akan turut sedih jika temannya menangis, meskipun tangisan itu disebabkan oleh dirinya sendiri. Pola interaksi ini cukup unik pada dunia anak SD, karena mereka belum menyadari hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa. Untuk itu, dalam pantomime ini, narasi kelucuan dan hiburan sangat memungkinkan dihidupkan melalui pola interaksi yang terdapat pada anak-anak, bukan pada “pandangan” orang dewasa.
IV.Langkah-langkah Pembelajaran dan Pelatihan
a.Pemanasan dan Pelemasan
1.Berlari-lari kecil di tempat
2.Menggerakkan kepala:
- Menekan kepala ke depan dank e belakang
- Menekan kepala ke kiri dank e kanan
- Menoleh ke kiri dank e kanan
- Memutar kepala dan diulangi dengan arah sebaliknya
- Menggerakkan bahu ke atas dank e bawah
- Menggerakkan bahu ke depan dank e belakang
- Memutar bahu
- Menggerakkan pergelangan tangan
- Menggerakkan jari jemari
- Menggerakkan ke kiri dank e kanan
- Menggerakkan ke depan dank e belakang
- Memutar pinggul
- Menggerakkan ke kiri dank e kanan
- Menggerakkan ke depan dank e belakang
- Memutar lutut
- Menggerakkan alis mata
- Menggerakkan pelupuk mata
- Menggerakkan kening
- Menggerakkan mulut
- Menggerakkan pipi
9.Menghela napas
b.Imajinasi Benda
- Membayangkan penggunaan benda-benda di sekitar, seperti gelas, kursi, kayu, batu, dan lain-lain
- Menggunakan benda-benda itu dengan menyesuaikan bentuk dan berat benda serta penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari
- Menyadari kadar tekanan, bawaan maupun interaksi benda dengan tubuh. Misalnya: interaksi bola yang melambung berbeda dengan tali yang ditarik
- Menentukan berbagai bentuk emosi: marah, menangis, tertawa, ngambek, terkejut, takut, ngeri dan sedih
- Memberikan arahan tentang peristiwa emosi yang akan dilakukan
- Melakukan dan membentuk perilaku emosi secara bergantian
- Mempertemukan (berpasangan) bentuk-bentuk emosi
- Mencipta Bentuk
- Berjalan
- Memegang benda
- Mengangkat benda
- Menarik benda
- Menekan sesuatu (bisa dinding, tubuh temannya dan benda lainnya)
- Melempar
- Berjalan sambil melambaikan tangan
- sambil membayangkan benda-benda, seperti gelas, tas, bola
- Mengangkat sesuatu yang ada dalam bayangan anak-anak
- Menarikdan saling menarik satu sama lainnya
- Menekan maupun bersandar pada suatu objek
- Melempar sesuatu ke arah yang diinginkan
- Narasi dapat berupa cerita sehari-hari maupun dari legenda
- Narasi dibuat sederhana dengan tokoh-tokoh/peran yang sederhana. Misalnya, Kancil yang licik, Anak yang rajin
- Mulailah dengan sebuah cerita agar anak-anak dapat membangun imajinasi peristiwa maupun dapat mengembangkan dan menyesuaikannya dengan pengalaman yang ditransformasikannya.
- Make-up dan kostum berguna untuk mempertegas peran yang dimainkan
- Make-up dan kostum akan lebih baik jika mampu mendorong gerak yang sesuai dengan peran
- Kemampuan melakukan peran-peran tertentu dapat mengubah make-up dan kostum menjadi bagian yang sekunder.
Pertanyaan yang sering muncul ketika memulai sesuatu adalah bagaimana cara memulainya. Dalam proses kreatif, dikenal adanya motif. Motif akan menjadi titik tolak seseorang untuk memulai suatu proses. Motif merupakan titik sasaran seseorang dalam bertindak. Maka, mulailah denga menentukan motif Anda memulai sesuatu. Misalnya motif memberdayakan anak didik, memberdayakan diri sendiri, pergaulan, menumbuhkan rasa ingin tahu, ingin belajar dan sebagainya. Motif-motif ini akan menentukan tindakan seseorang dalam proses kreatif. Semakin baik motif yang dipilih, maka semakin tinggi pula upaya yang dilakukan dan semakin baik pencapaian dari motif tersebut.
Motif yang dimiliki, selanjutnya diikuti dengan niat dan kemauan untuk menjalankannya sebaik mungkin.
Sumber : http://autarabdillah.blogspot.com/2011/12/pembelajaran-pantomime-anak-usia-dini.html
http://katesmansa.blogspot.com/2010/01/startegi-pembelajaran-materi-pengajaran.html